Setiap getaran batin aku memanggil
Setiap butiran peluh aku meluruh
Tanpa jiwa sebagai pelita
Dan..
Tanpa akal sebagai titian
Hanya raga yang bergerak
Mati. Tanpa aku sadari
Tawa renyah itu menyambut. Diiringi uluran tangan dan perkenalan. Aku masih ingat betul, ketika awal masa sebagai maba telah mempersatukan kita. Bersama teriakan senior, dan hukuman-demi hukuman mataf ( masa ta’aruf/ ospek) telah mengikatkan hati kita untuk menjalin persahabatan. Kata-katamu yang manja menjadikan senior mendapat semangat untuk mengerjai kita.
***
“ Nis, andai semua mimpi bisa menjadi nyata” Hayalmu kala itu
“Apa yang akan engkau lakukan” Tanyaku berbalik
“ Membalik masa dan mengejar cita-cita kita”, jawabmu pasti.
Ini berbeda sekali saat satu tahun yang lalu engkau datang. Dengan muka memerah, engkau datang disela gerimis yang menemani malam.
Hati itu tidaklah mendung, apalagi gerimis menyelimuti sepanjang hari. Simpul kebahagiaan yang jelas terpancar disana. Dirimu yang bahagia dengan apa yang kau rasakan saat itu. Senyumku ikut menyambut mu yang menemukan dunia baru yang kau rengkuh. Meski ada gamang dalam hati yang tersembunyi.
“ Aku jatuh cinta “
“ Semudah itukah engkau menyerahkan hatimu”Anggukan pasti itu menjawab segalanya.Tanpa kata.
“Bolehkah ku tahu alasannya?”
“ Karena perasaaku menyatakan iya untuk dirinya”
Aku terpaku mendengar kisah mu sahabat. Sebuah cinta yang lahir dari dunia maya, yang berlanjut ke dunia sesungguhnya. Dan harapan untuk kebaikan mu yang kuselipkan lewat do’a-do’a ku selanjudnya
(Bukan sebuah perayaan, tapi ketulusanlah
yang dihadirkan untuk cinta yang sejati)
Belum ada Komentar untuk "Teruntuk Sahabat (Part-1)"
Posting Komentar
Kebijakan Komentar di Blog Aniskhoir.com