Hiday Nur, Aku dan Literasi - Bicara menulis, sesungguhnya bukan sekedar membentuk kumpulan huruf yang menjadi kata untuk bisa dibaca. Menulis bukan sekedar membuat kumpulan kata yang kemudian menjadi kalimat. Menulis sesungguhnya mengungkapkan ide dalam pikiran ke dalam bentuk tulisan.
Menulis bagi sebagian orang menjadi pekerjaan yang susah. Tidak terkecuali bagi saya. Pada dasarnya menulis bagi saya merupakan sebuah ungkapan dari isi kepala dituangkan kedalam bentuk tulisan. Jika kemudian tulisan harus memenuhi kaidah bahasa yang baik dan benar, tentu saya harus banyak belajar. Belajar tentang dunia literasi bukan hanya dengan membaca buku, tapi yang terpenting adalah dibutuhkan sosok guru yang bisa menjadi panutan . Lebih- lebih guru tersebut dapat membimbing serta menebar virus semangat untuk terus belajar.
Mencari penulis untuk menjadi panutan untuk belajar bukan perkara mudah. Karena bisa jadi atas nama panutan, pada akhirnya menghilangkan kekhasan dari tulisan yang dimiliki sendiri. Apalagi jika sosok sang panutan hanya bisa ditemui dalam karyanya dalam bentuk buku tanpa bisa langsung bertemu, tentu akan berbeda sekali. Diantara sekian purnama pencarian, Mbak Hiday jadi salah satu dari sekian panutanku.
Siapa Mbak Hiday Nur ?
Bagi yang aktif di Komunitas kepenulisan Forum Lingkar Pena (FLP) maupun ODOP sosok Mbak Hiday tidak asing lagi. Mbak satu ini yang asli dan tinggal di Bumi Wali Tuban sudah melahirkan banyak antologi serta beberapa buku solo. Beliau juga sering menjadi pembicara berbagai acara literasi maupun motivasi.Mbak Hiday merupakan awardee LPDP dan beberapa bulan mendapatkan kesempatan untuk keliling Eropa dengan OSD (Oki Setiana Dewi). Meskipun kemampuannya yang tidak diragukan lagi tapi mbak Hiday ini tetaplah ramah dan suka berbagi pengetahuan. Seperti ketika kami bertemu pertama kali, kehangatan sikap yang diberikan membuat saya belajar banyak hal.
Sanggar Caraka, sebuah kenekatan dalam mewujudkan impian
Membuka taman bacaan merupakan impian mbak Hiday. Dengan kenekatannya dan didukung oleh sang suami, dibukalah Sanggar Caraka, yang tidak hanya tempat membaca tapi sekaligus menjadi pusat kegiatan literasi. Di sanggar ini, hampir setiap minggu, diadakan berbagai diskusi tentang literasi. Kedepannya, mbak Hiday ingin membuat perpustakaan berjalan dengan aneka kegiatan seperti panggung boneka misalnya. Sehingga diharapkan anak-anak yang jauh dari perpustakaan tetap memiliki akses baca sekaligus bergembira karena panggung boneka.
Pertemuan yang dirindukan
Bisa berjumpa dengan idola merupakan sebuah kebahagian. Bukan tentang bisa berselfi yang kemudian dipamerkan di media social, karena sesungguhnya lebih dari itu. Bertemu dengan idola saatnya menyerap energi semangat serta ilmu yang dimilikinya untuk dialirkan ke diri saya. Dan benar saja, setelah bertemu Mbak Hiday, banyak impian tentang literasi khususnya yang dahulu telah menjadi puing sekarang saya bangun kembali.
Senangnya udah pernah ketemu langsung sama, mbak Hiday.
BalasHapusMbak hiday memang top jiwa literasinya
BalasHapus