Hobi jalan-jalan ku ternyata tersalurkan juga.
Dengan adanya keluarga yang tinggal di beberapa kota yang berbeda, menjadi
sebagai alasan itu melampiaskan hobi jalan-jalan. Bisa dikatakan, menyelam
sambil minum air (emang bisa???, habis itu pasti flu...itu pengalamanku). Dan,
salah satu transportasi yang aku gunakan yaitu bis. Bisa sih sekali-kali naik
kereta api..tapi harus muter-muter dulu. Daripada gitu, mending naik bis. Kagak
ribet.
Pastinya, pengalaman yang luar biasa bertemu banyak
orang. Dari orang yang baik banget, sampai resek setengah mati. Namanya juga
angkutan umum. Orang dengan sifat apapun boleh kok naik. Ada beberapa yang
paling berkesan yang aku tulis di sini..
Waktu lagi berkunjung ke pondok pesantren keponakan
di PM Gontor Putri 1,
Ngawi. Pulangnya saya berdoa, semoga dapat teman duduk
yang mengasikkan. Maklum, waktu berangkat, sebelah saya orangnya jutek habis.
Dan, tahu kan akibatnya, saya harus jadi patung selama tujuh jam perjalanan.
Untuk itulah, semoga ketika pulang do’a
saya terkabul. Kali ini saya naik bis PATAS Yogja-Surabaya..Karena letak PM
Gontor 1 tepat di depan jalan raya, sehingga aku langsung menghadang bis di
depan sana. Waktu pertama naik, langsung deh di panggil “ustdzah”, oleh
kondektur...waduh, jadi agak GR, tapi gak papa deh kapan lagi jadi ustdzah PM
gontor, ahahaha.
Ada kursi kosong langsung aja, saya pilih duduk di
situ. Eits..tiba-tiba si mas yang duduk di sebelahku terbangun dan terkejut
melihatku. Ada apa ini?, dari wajahnya seperti melihat hantu, eits,,,bidadari
(positive thinking). Jadi gak enak banget awalnya. Namun habis itu si mas
menjelaskan kalau terkejut disebabkan di sebelahnya berganti aku, karena
sebelumnya nenek yang sudah tua.
Ternyata, si
mas tadi asyik banget di ajak diskusi. Cerita apa saja bisa nyambung, meski terlihat
borju tapi gayanya low profile banget. Ketika menjelaskan alasannya ke surabaya, karena
lagi jemput adiknya dari Palu yang akan kuliah di PTN di Yogya. Katanya sih
kalau gak diterima di Yogya, akan kuliah di Kampus favorit di Medan.
“ Kalau di sini ma, langsung ketrima”, katanya
ringan
“kok bisa?, kan dimana-mana harus tes, apalagi tu
kampus....?”, tanyaku heran.
“Rektornya om saya”, Jawabnya ringan sambil senyum.
“KKN nih”, tapi dalam hati saya. Jengkel juga sih,
kok enak banget bisa masuk kampus dengan mudah karena si om yang jadi rektor.
Jadi ingat, ada lagi cerita dari teman, kebetulan
sang pacar kerja di sebuah PTN. Ya,
hampir sama dengan kasus yang pertama tadi, kalau setiap karyawan dapat jatah
untuk bisa memasukkan saudaranya. Sepertinya, hal ini sudah lazim terjadi di
masyarakat kita. Alangkah baiknya jika kita yang memahami bagaimana perjuangan untuk
bisa lolos menembus ujian masuk PTN juga menghargai orang lain untuk tidak
melakukan jalur belakang.
Tapi
bagaimanapun saya kagum dengan si mas tadi. Ketika kita lagi ngobrol, berkali
telpon berdering. Dari sekilas yang ku dengar, si mas tadi jadi tempat curcol
orang di sekitarnya.
Dan, kami hanya teman
seperjalan. Meski telah mengobrol hampir tujuh jam, kita tak sempat berkenalan,
apalagi tukeran no hp jelas-jelas tidak kami lakukan. Ketika berpisah di
terminal, kita hanya say godo bye saja. Tak ada yang lain..
antum khirij min al-ma'had juga ta?
BalasHapusTidak, hanya dua saudara jadi ustdzah di sana..
BalasHapus