“Mengapa
saya tidak bekerja?. Bukankah saya dokter? Memang. Dan sangat mungkin untuk
saya bekerja saat itu. Namun, saya pikir buat apa tambahan uangdan kepuasaan
batin yang barang kali cukup banyak itu jika akhirnya diberikan seorang perawat
pengasuh anak bergaji tinggi dengan resiko kami sendiri kehilangan kedekatan
pada anak sendiri? Apa artinya tambahan uang dan kepuasaan profesional jika
akhirnya anak saya tidak dapat saya timang dan saya bentuk sendiri
pribadinya?Anak saya akan tidak mempunyai ibu. Seimbangkah anak kehilangan ibu
bapak? Seimbangkah orang tua kehilangan anak dengan uang dan kepuasaan pribadi
tambahan karena bekerja? Itulah sebabnya saya putuskan menerima hidup
pas-pasan. Tiga setengah tahun kami bertiga hidup begitu (Ainun Habibie, Tahun- tahun pertama)”
Ada kekawatiran tersendiri, apakah nanti saya mampu
melaksanakan tugas sebagai ibu yang sesungguhnya (benar- benar merawat) bagi si buah hati atau hanya sebagaian waktu
sisa kerja dengan penuh kelelahan untuk merawat mereka?. Karier yang sedang
saya tapaki, atau tuntutan ekonomi membuat saya dapat berpaling dan menyerahkan
pengasuhan pada orang lain. Jika ada hubungan keluarga mungkin saya masih bisa
merasa lega meninggakan mereka dan bekerja. Beda lagi jika perawatnya bukan
siapa- siapa, dan pendidikan dan keahlian merawat baby pun masih diragukan. Sementara
orang terdekat dengan buah hatilah yang menjadi guru pertama mengenal dunia dan
belajar kehidupan dan cinta..
Memang banyak juga wanita yang bekerja namun tetap bisa
mendidik buah hati mereka. Namun saya percaya, sebagai wanita mereka mempunyai
dilema yang sama dengan saya. Ingin menjadi ibu yang sesungguhnya bagi buah
hati mereka..
@ mbak eL : hehehe, kayaknya saya harus "meguru" ke mbak ely untuk masalah yang satu ini..
BalasHapusSalam kenal juga ya mbak, sesama ibu rumah tangga :)
BalasHapus@ mbak LIDYA : :)
BalasHapuskalau menurut saya wanita tidak perlu dilema, insya allah mbak setiap niat baik selalu ada jalan karena hidup adalah pilihan.. mau jadi wanita karir tanpa melepas tanggung jawab sebagi ibu ya bisa, mau pure jadi IRT pun bisa saja.. asalkan keduanya dijalankan dengan penuh tanggung jawab.. cerita saya, istri saya juga bekerja sebagai guru dan mengajar setengah hari, pagi sampe siang arfa dititip ke pengasuh tapi alhamdulillah saya dapat pengasuh yang bisa kami andalkan selain pintar dalam mengurus arfa dan kerjaan rumah lainnya, dia pun berpendidikan (lulusan SMA) dan sudah berpengalaman dalam mendidik anak karena dia pun punya anak kecil sekarang masuk SD.. saya sudah percaya sama si Mbak dan sampai saat ini Arfa begitu dekat dan sayang sama Mbaknya tersebut.. dan setelah siang sampe pagi lagi Arfa bersama kami dan mendapatkan kasih sayang yang melimpah dari kami sehingga Arfa tumbuh dan berkembang menjadi anak yang cerdas dan insya allah menjadi anak yang soleh.. oleh karena itu mari kita tentukan pilihan.. setiap wanita berhak mengeksplorasi diri asalkan pasangan dan keluarganya selalu mendukung ^^
BalasHapusBahagia sekali ya Pak jika ada seseorang yang telah kita percaya untuk bisa mengasuh buah hati kita.
BalasHapusSaran dari bapak memberikan satu poin bagi saya untuk tetap mengajar ( profesi yang sama dengan istri pak papapz) dan tetap bertanggung jawab terhadap keluarga saya.
Mbak Anis, dilemanya sepertinya bisa saya mengerti. Saya bisa merasakan bagaimana ibu saya membesarkan saya dengan 'betul-betul menjadi ibu' sementara dia sendiri bekerja. Itu sulit, Mbak. Tapi, ibu saya bilang dia punya kepuasan tersendiri dengan menjalani peran ganda sebagai IRT dan wanita bekerja.
BalasHapusKekurangannya adalah ketika Mbak Anis punya anak lagi. Kekuatannya Mbak Anis akan berkurang sehingga didikan anak pertama dan setelahnya sedikit berbeda. Karena jujur, saya dan adik-adik saya ada perberbedaan dalam hal didikan.
[pendapat pribadi]
@fauzi :memang mas ketika bekerja dan berumah tangga bisa beriringan ada kepuasaan tersendiri.
BalasHapusnamun namanya manusia, ketika capek kadang mengeluh. :(
iya mbak.. pekerjaan mengajar salah satu pekerjaan yang diperbolehkan jika memang memenuhi konteks syar'i dan menurut saya adalah salah satu pekerjaan yang mulia.. memang terkadang istri saya juga ngeluh dan merasa dilema tapi saya semangati terus gak papa kerja saya akan dukung selama itu baik, pekerjaan rumah tangga sebagiannya saya handle agar istri tidak terlalu cape.. tapi satu saat saya berniat agar istri di rumah saja karena makin tambah usia pasti makin akan melelahkan mengerjakan semuanya itu, saya berdo'a semoga Allah memberikan rezekinya kepada saya dan keluarga aamiin
BalasHapusdilema yang manis jika pada akhirnya bisa menjalani keduannya, jadi ibu yang mampu berbagi sayang dengan anak-anak tetapi juga bisa bekerja mencari nafkah...
BalasHapussebenarnya sang bapak juga punya porsi yang sama dalam tanggung jawab....saling silang, menutupi, membantu....
@ papapz : memang klo istri bekerja, suami sebaiknya mendukung baik secara fisik (membantu pekerjaan rumah, apalagi yg tidak mempunyai pembantu/asisten) atau juga motivasi.
BalasHapus@aryadevi : saling membantu dan memahami tentunya..
terima kasih kunjungannya, salam kenal ya..
@ catur : kok dunia sempit ya, skolah ketemu, teman fb dan sekarang teman ngeblog. waahh kyak e biar blogger tambah rame anak IPS 4 ajak ngeblog juga aja tuuurrrr
BalasHapus@Iqbal : itulah betapa mulianya seorang ibu yang mampu menjalani berbagai peran dalam kehidupan.
BalasHapuswanita pagar bangsa...wanita 'pemicu' segalanya...karena wanita begitu berharga....
BalasHapuswahhh jadi kayak pujangga saja saya..hehe..salam kenal
dari bayi sampai sebesar ini aku belum pernah diurus sama baby sitter, semuanya ibu. beliau berkarir di rumah dan aku gak pernah kehilangan 1 moment pun. sering sedih lihat teman/keluargaku yang lain yg menyerahkan anak ke baby sitter, dengan pertimbangan karir lg bagus2nya. padahal karir masih bisa dikejar nanti. moment sama anak gak mungkin bs balik lg. precious :)
BalasHapusKangfarhan : cocok atu bang jadi pujangga, hehehe, salam kenal juga kang
BalasHapusHaris : memang keputusan besar untuk total mengurus rumah tangga bagi wanita adalah keputusan yang harus di dukung juga oleh pihak suami sebagai partner dalam rumah tangga.