![]() |
gambar dari sini |
Hari ini saya melihat anak- anak
Sekolah Dasar menggunakan busana muslim yang bukan seragam sekolah mereka. Ada
wajah kegembiraan yang tercermin dari raut mukanya, serta biasanya tas dan buku
pelajaran yang mereka bawa, kini tergantikan dengan buah tangan yang akan
dimakan bersama setelah mengikuti serangkaian acara maulidan.
Pada sorenya pun, ketika mengaji
hal yang sama dilakukan yaitu membawa takir. Saya ingat betul ketika itu
berangkat ke masjid dengan di bonceng mbak Rifah. Karena terburu- buru, kami
melewati jalan pintas yang kecil. Ketika tiba di belokan, entah kenapa kaki
saya tersangkut sebuah pohon sehingga kami pun jatuh. Sehingga takir yang kami
bawa pun berantakan, bahkan telur rebus yang emak bawakan entah menggelinding
kemana. Karena kami tak ingin melewati takiran di masjid, walau dengan takir
yang tersisa dan lauk seadanya kami berdua tetap melanjudkan berangkat ke masjid
untuk bisa makan bersama.
Setiap pergi ke sebuah pusat
perbelanjaan dan melihat kotak makan
dengan aneka ragam bentuk dan gambar saya ingat masa masa takiran dulu. Seperti
sebuah barang mewah memiliki kotak makan dengan beberapa sekat sebagai tempat
lauk dan nasi. Tempat kami dulu adalah sebuah rantang seng, sehingga ketika
makan bersama selain riuh suara kebahagian juga suara dentingan seng dan
sendok. Begitupun juga tempat minum, jarang sekali yang memiliki. Namun di
situlah sesungguhnya makna kebersamaan kami, saya dan beberapa teman akan urunan
untuk membeli minuman botol dan nantinya setelah makan bersama akan di bagi.
Rasanya jika mengingat masa- masa
itu waktu cepat sekali berlalu. Kami yang tak tahu apa makna sesungguhnya
mauled nabi kala itu, hanya sebatas tanggal 12 rabiul awal adalah kelahiran
baginda nabi namun bersuka cita menyambutnya. Dan sekarang giliran pada masa
dewasa, pemaknaan terhadap mauled nabi sendiri harus lebih mendalam, sehingga
tidak hanya euphoria tanggal merah libur kerja namun juga semakin meningkatkan
kecintaan kita pada sang baginda dan juga taat kepadaNya.
jadi ingat pas dulu juga kalau habis maulid nabi pasti makan bersama gitu mbak :)
BalasHapusIya mbak, kenangan indah yang tak terlupakan
HapusGusti, saya juga ingat masa-masa itu mbak. malah berlangsung sampai sekarang, huihihi. biasanya kalau ada embah kakung dan mbah putri (saya dan adek tinggal sama beliau2) pulang dari acara Maulid, pasti kami saling menunggu berkatnya. rebutan kadang, haha. *ciaat :D
BalasHapusHahaha, mungkin karena doanya kali di betkat itu sehingga terasa istimewa padahal masakannya sesungguhnya biasa saja
Hapussenengnya emang bukan main kalo nginget dulu masih sekolah
BalasHapusdisaat kumpul bersama yang di ingat adalah masa indah saat sekolah
Hapuswah seru... di sekolah saya dulu ga ada tradisi seperti itu...
BalasHapusTradisi itu di sekolah saya dulu tetap ada mbak, dan sekarang di teruskan oleh keponakan yang sekolah di sana. Namun, kebersamaan dan kegembiraan sekarang telah berkurang
Hapus