Sepert biasa Baby Wan paling senang membongkar buku,
menaruhnya di kursi plastic dan membawanya berkeliling di dalam rumah. Bisa
dikatakan mirip- mirip menirukan emaknya jika belanja ke supermarket. Dan, kali
ini saya tertarik satu buku di troli ala baby Wan berjudul “For the Love Of
Mom”, Kisah- kisah inspiratif tentang ibu. Pas banget rasanya membaca itu tepat
pada bulan desember yang erat kaitannya dengan hari ibu. Dan betapa bahagianya
saya, salah satu penulis dari buku antologi tersebut sahabat blogger saya yang
meskipun baru kenal namun serasa saudara :Yurmawita Adismal.
Tak dipungkiri, setiap dari kita ingin bisa bersama orang
yang dicintainya. Apalagi jika orang tersebit adalah ibu kandung kita. Terlebih
ketika kita masih kecil dan butuh lautan kasih sayang dalam proses pendewasaan.
Beruntunglah saya hingga sampai detik ini emak saya masih membersamai. Meskipun
berada dilain kota namun suara teleponnya dan sesekali berkunjung ke rumahnya
bisa jadi obat rindu paling mujarab. Namun tak semua bisa beruntung saya. Ada
yang karena sang ibu harus bekerja meninggalkan keluarga sehingga tak bisa
mendampingin anak- anaknya. Bisa juga sang ibu pergi karena memiliki keluarga
dan kehidupan baru. Atau sang ibu pergi untuk selama- lamanya ke sisiNya. Terlebih
jika dalam usia yang masih cukup muda, Allah memilihnya untuk mendapat
ujianNya.
Menjelang ulang tahun yang kesembilan Mbak Yurmawita
mendapat ujian berat yaitu kembalinya sang ibu kesisiNya. Sang ibu yang
merupakan wanita tangguh, penurut dan tak mau menyusahkan orang lain terkena
kanker otak. Mbak Yurmawita ingat betul bagaimana sang ibu ikut berjuang
mencari nafkah meskipun sakit dengan berjualan nasi. Belum lagi ketika sakit
kepala yang amat sangat mendera dan membentur- benturkan kepalanya. Dan
kemudian sedikit- demi sedikit rambut sang ibu mulai rontok dan membuat
sebagian kepalanya botak.
Bukan hal yang mudah hidup tanpa sosok ibu bagi mbak
Yurmawita, meskipun sang ayah telah berperan ganda. Mwnjadi ayah sekaligus ibu
bagi Mbak Yurmawita dan adiknya. Namun ada hal yang tetap tak bisa seorang ayah
lakukan, apalagi jika tentang hal kewanitaan. Begitulah Mbak Yurmawita harus
kebingungan ketika mendapatkan menstruasi pertamanya.
Tentang wanita tangguh itu saya juga temui di diri Mbak
Yurmawita. Mbak Yurmawita yang sekarang bersetatus sebagai ibu, istri, guru dan
juga mahasiswa S2 yang menyelesaikan tesisnya. Tentu bukan peran yang mudah.
Tapi Mbak Yurmawita bisa menjalani semua, bahkan masih menyempatkan diri mengembangkan
hobinya yaitu menulis. Di dunia menulis karya mbak Yurmawita sudah bejibun
banyaknya.Ada yang berupa antologi yang seperti buku yang saya miliki diatas,
atau karya pribadi. Dan di dunia blogging pun selain aktif menulis mbak
Yurmawita juga sempat menjadi juara blog competition.
Ingin berkenalan dan membaca tulisannya Mbak Yurmawita, bisa
langsung berkunjung ke blognya. Atau bisa juga mengikuti beberapa akun media
sosialnya..
Salut sama Mbak Yurmawita. Semoga selalu sukses
BalasHapusSalut bangeettt..
HapusBenar-benar sosok ibu yang mengagumkan dan inspiratif. :)
BalasHapusSemoga Mbak Wita selalu diberi kesehatan biar terus aktif dan produktif. :D
BalasHapusRasanya pengen ngobrol langsung sama beliau. ^_^
BalasHapusKayanya banyak yang harus dicontoh dari Mbak Wita. :D
BalasHapusSebuah cerita yg menginspirasi. Bagus banget cara mbak Aniskhoir menceritakannya.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus