Pernah melihat atau bahkan mengalami sendiri anak kita
menangis sambil teriak- teriak, guling- guling bahkan ada yang sampai
membenturkan kepalanya sendiri di dinding?, atau bahkan ada yang berusaha menyerang
orang yang berada di sekitar ketika anak sedang “mengamuk”?. Tentu ketka
dihadapkan dalam situasi seperti itu, sebagai orang dewasa atau terlebih orang
tua ingin menghentikan tangisannya. Namun bukannya berhenti malah tangisan
makin menjadi. Sebenarnya normal atau tidak tindakan anak “mengamuk” yang
sering disebut dengan tantrum tersebut, dan apa penyebabnya dan bagaimana cara
mengatasinya.
Tentang kasus pertama, jika orang tua mengalaminya tentu beragam
emosi yang dirasakannya. Bisa marah karena tangisan anak, atau malu terhadap
tatapan pengujung lain yang ingin tahu. Kemudian muncullah sikap takut jika
bepergian lagi dengan sang anak, karena anak tantrum bisa terjadi di mana saja. Sedangkan di kasus
ke dua bisa juga membahayakan diri sang anak dan juga orang lain disekitarnya.
Terus jika kita atau orang terdekat kita mengalaminya,
normalkah anak mengamuk atau dalam istilah psikologi di sebut Tantrum itu?. Menurut buku yang saya
baca, parenting yang saya ikuti dan pengalaman saya selama ini, tantrum wajar
terjadi pada anak- anak. Biasanya usia 2 sampai 4 tahun sehingga rentang usia
ini sering disebut The Terrible Twos (dua tahun yang mengerikan). Tantrum sendiri
merupakan semacam luapan emosi karena apa yang diinginkan tak di penuhi atau
ingin menyampaikan apa yang dialami sang anak tetapi belum sanggup
mengungkapkan. Namun tentu, yang patut diwaspadai yaitu ketika sedang tantrum
anak melakukan kekerasan bagi dirinya ataupun orang lain.
Terus jika kejadian tantrum anak kita, murid atau saudara
alami bagaimana?. Ada beberapa tisp yang bisa dilakukan dalam mengatasi anak
tantrum.
- Mengendalikan diri. Ketika menghadapi anak tantrum sebisa mungkin orang tua sebelum menangani sang anak, terlebih dahulu harus mengendalikan dirinya. Ketika emosi telah turun atau dalam kondisi coolingdown baru bisa dilakukan. Hal ini sangat perlu dilakukan karena orang tua yang ikut emosi dan stress bisa saja melakukan kekerasan baik verbal maupun fisik kepada anak. Caranya Bisa dengan bernafas dalam – dalam atau meninggalkan sang anak sementara waktu dengan catatan sang anak dalam kondisi aman. Ketika sudah fresh kembali, orang tua bisa kembali mendekati anak untuk menenangkannya.
- Memeluk Anak. Pelukan lembut bagi anak dapat menjadi obat mujarab dalam menghilangkan emosinya. Anak merasa diperhatikan dan disayang. Bisa juga dengan mengelus- mengelus dada sang anak . Jika emosi anak telah turun bisa sambil menjelaskan pada anak jika anak telah memungkin untuk diajak diskusi.
- Mengalihkan perhatiannya. Anak- anak bisa dengan mudah teralihkan perhatiannya, sehingga orang tua bisa mengalihkan perhatiannya dari apa yang membuatnya tantrum dengan apa yang disukai lainnya.
- Berpikir positif. Kita tak akan tahu dimana anak mengalami tantrum, bisa di rumah atau tempat umum. Jika ditempat umum, tak perlu malu dengan perilaku anak kita. Tetap berpikir positif dalam menangani anak sehingga tetap tenang dan tak ikut emosi dengan anak.
- Jauhkan anak dari benda tajam. Ketika mengalami tantrum, anak tak bisa diduga apa yang dilakukannya. Terutama dengan lingkungan sekitarnya. Menjauhkan dari barang- barang berbahaya serta membawanya ke tempat aman agar tak terjadi hal- hal yang tidak diinginkan baik pada diri sang anak ataupun orang lainnya.
Perilaku tantrum pada anak bukan terjadi dengan tiba- tiba.
Namun karena ada beberapa factor pemicunya. Bisa dari internal sang anak,
lingkungan atau pola asuh yang diberikan orang tua. Ada beberapa factor
pencegahan yang memungkinkan tantrum tidak terjadi pada anak.
- Konsisten dengan konsekuensi.Dalam mendidik anak sebauh keluarga mempunyai aturan baku yang bisa dilakukan dan tidak dilakukan oleh sang anak. Misalnya saja aturan ketika sang anak menginginkan permen. Jangan sampai suatu saat anak boleh makan permen pada yang lainnya tidak. Dengan kata lain saat anak menangis diberikan. Perilaku seperti menangis akan dijadikan senjata anak dalam meminta sesuatu, dan muncul sugesti pada anak bahwa dengan menangis maka akan dapat permen. Keesokan harinya, jika tak dibelikan akan menangis dan menangis lebih keras lagi. Sehingga apabila sekali tak boleh makan permen, maka kapan pun tidak. Atau dengan memberi kelonggaran dengan membatasi jumlah permen yang dimakan.
- Memberikan aturan main. Ketika sebelum keluar dengan anak untuk berbelanja atau pergi ke acara, menjelaskan aturan main pada anak. Misalkan saja, ketika berbelanja si anak nanti akan minta apa, Jika di tempat ia punya pilihan lain maka akan diingatkan dengan aturan mainnya. Yaitu boleh memilih barang itu kalau pergi belanja lagi. Jika anak menolak dan menangis, maka harus ingat poin pertama yaitu kita harus konsisten dengan konsekuensi. Memang pertama akan susah, namun anak kemudian mengerti dan memahami.
Untuk poin pertama dan kedua ini tentu hanya bisa dilakukan
ketika anak telah paham berkomunikasi. Yang terpenting agar anak tidak mudah
mengamuk atau tantrum yaitu memastikan anak tidak dalam kondisi terlalu lapar,
capek dan haus.Selamat mencoba
Saya sering ini melihat anak kecil yang tiba tiba mengamuk. Dan ibunya pun juga ikut ikutan. Jadinya si anak malah ngak Diem malah semakin berontak.. Perlu di praktikan ini misal ketemu dengan anak kecil yang kena tantrum. 😊😊
BalasHapusBetul sekali, besok kalo udah punya anak jadi udah jago atasi tantrum
HapusBiasanya ini terjadi sama anakku yang sulung. Paling efektif memang mengalihkan perhatiannya. :'D
BalasHapusBetul mbak, asal bukan pengalihan sesuatu yg membohongi
HapusMenghadapi anak tantrum harus sabar, ya? Kalau nggak sabar, kasian anak jadi kena cubit
BalasHapusBukannya diam malah keras nangisnya
HapusKalau ada orang jual mainan, anakku selalu tantrum. Aku alihkan perhatiannya dengan yang lain, atau kongkalikong sama penjualnya buat bilang kalau gak dijual. :v
BalasHapusMainan sering jadi faktor eksternal penyebab tantrum anak.
HapusYang penting berpikir positif dan tetap tenang. Jangan sampai terbawa emosi. :D
BalasHapusKalo terbawa emosi namanya tantrum berjamaah
HapusJadi inget waktu kecil dulu. Aku dibilang sering tantrum kayanya. :V
BalasHapusHehe, yang penting sekarang tantrumnya udah hilang
HapusBaru tahu aku kalau tantrum aeperti itu.. Bermanfaat nih, ada cara untk mengatasinya juga 😊
BalasHapusSilahkan dipraktekkan ya
HapusAnak tantrum karena frustasi, jadi hal yg membuat frustasinya harus dipahami :)
BalasHapusBetul mbak, frustasi bs jadi salah satu penyebabnya
HapusKeponakanku sering kayak gitu mbak, mungkin aku bisa ngasih tahu mbak tips dari mbak anis. Trims ya mbak..
BalasHapusSama- sama, silahkan berbagi info
HapusSaya baru tau istilah ini, tp nyatanya sering liat para keponakan yg nangis kalau ga dipenuhi keinginannya. Saya perhatikan kakak saya punya role sebagai orang tua dominan, selalu memainkan hukuman ke anaknya. Dicubit gitu, atau dibiarkan.
BalasHapusSetelah ini kayaknya saya makin paham cara hadapi anak di kemudian hari
Bisa siap menjadi ayah
HapusSaya juga baru istilah ini.
HapusAlhamdulillah sampe sekarang Faraz masih blm pernah tantrum sampe nangis guling2 gitu klo lagi di luar rumah, klo di rumah paling nangis ngamuk2 aja tp ntar jg diam sendiri klo udh dibujuk tp gak mau diam :D
BalasHapusAnyway makasih utk tipsnya Mbak :)
Sama-sama, cium sayang untuk faraz
Hapus