Ketika seorang akhwat dengan kesiapan untuk membina rumah tangga di propose untuk ta'aruf ada kegembiraan yang sangat. Berharap untuk dimudahkan jalan menuju pelaminan menjadi salah satu do'a unggulan. Ada harapan- harapan yang terselip untuk mendapatkan pasangan sesuai keinginan dan do'a.
Kadang, Allah memberi bukan pada keinginan kita, atau malah menjadikan apa yang Dia berikan sebagai batu ujian untuk menuju penyempurnaan separuh dien dan sebagai cara Allah menempatkan hambanya setingkat lebih tinggi dalam kemuliaan.
Pasti ketika mendapatkan "biodata", harapan kita untuk mendapatkan calon pendamping yang sekufu. Pernah ada inbox masuk di facebook, menanyakan pada saya makna sekufu seperti apa dalam pernikahan. Ya saja jawab dalam segala hal. Namun ada hal-hal tertentu yang di prioritaskan, misalkan agama, finansial, keluarga dan cara berpikir. Dan, itupun tak paten. bisa berubah tergantung cara kita mengkomunikasikan.
Ada salah persepsi dalam arti "komunikasi" untuk akhwat dan ikhwan yang sedang ta'aruf. Karena alasan komunikasi untuk saling mengenal mereka melakukan kontak secara pribadi, baik dengan sms atau chatting melalui sosial media. Kalau sudah seperti ini apa bedanya dengan pacaran, namun di balut dengan ta'aruf. Bagaimanapun ketika kita berproses besar sekali godaannya daripada sebelumnya. Sedikit banyak rasa memiliki pasti ada, apalagi perempuan perasaannya sangat peka. Warning buat ikhwan sih, akhwat itu mempunyai ekspektasi yang tinggi ketika ada sedikit perhatian yang di berikan padanya, apalagi yang bernama pernikahan. Dan indahnya islam, mengatur ta'arus agar terdapat perantara yang dapat di percaya. Sehingga, proses-proses kontak akhwat-ikwan yang sedang berproses tidak terjadi jika tidak diperlukan.
Jadi intinya, dalam proses ta'aruf tergantung diri kita. Berusaha menjaga proses itu tetap suci dan melalui koridor yang benar, atau terdapat "pelanggaran-pelanggaran" atas nama saling mengenal.
Pilihan kembali pada diri kita. Bukankah sakinah, mawadah wa rahmah sudah dimulai jauh sebelum pernikahan itu sendiri terjadi, termasuk di sini proses ta'aruf.
All about Love
Kadang, Allah memberi bukan pada keinginan kita, atau malah menjadikan apa yang Dia berikan sebagai batu ujian untuk menuju penyempurnaan separuh dien dan sebagai cara Allah menempatkan hambanya setingkat lebih tinggi dalam kemuliaan.
Ada salah persepsi dalam arti "komunikasi" untuk akhwat dan ikhwan yang sedang ta'aruf. Karena alasan komunikasi untuk saling mengenal mereka melakukan kontak secara pribadi, baik dengan sms atau chatting melalui sosial media. Kalau sudah seperti ini apa bedanya dengan pacaran, namun di balut dengan ta'aruf. Bagaimanapun ketika kita berproses besar sekali godaannya daripada sebelumnya. Sedikit banyak rasa memiliki pasti ada, apalagi perempuan perasaannya sangat peka. Warning buat ikhwan sih, akhwat itu mempunyai ekspektasi yang tinggi ketika ada sedikit perhatian yang di berikan padanya, apalagi yang bernama pernikahan. Dan indahnya islam, mengatur ta'arus agar terdapat perantara yang dapat di percaya. Sehingga, proses-proses kontak akhwat-ikwan yang sedang berproses tidak terjadi jika tidak diperlukan.
Jadi intinya, dalam proses ta'aruf tergantung diri kita. Berusaha menjaga proses itu tetap suci dan melalui koridor yang benar, atau terdapat "pelanggaran-pelanggaran" atas nama saling mengenal.
Pilihan kembali pada diri kita. Bukankah sakinah, mawadah wa rahmah sudah dimulai jauh sebelum pernikahan itu sendiri terjadi, termasuk di sini proses ta'aruf.
hemmm........mungkin bisa tapi masih dalam batas kewajaran dunk......dan masih dalam koridor syar'i.....wallohu a'lam......!!!
BalasHapus:-)
BalasHapus