Sayang...
Inilah yang dapat ustadzah ungkapkan sebagai bentuk kasih sayang. Kau tahu sayang, pertama kita bertemu, dengan penuh malu, sambil dot susu yang masih menempel di mulut dan bergelayutan di rok mama, engkau mengulurkan tangan tanda perkenalan. Sambari mengucap salam, yang tak jelas dan terdengar ujungnya saja, aku telah mentasbihkan untuk menyayangi mu. Kasih sayang yang tulus, seperti ibu terhadap anaknya, begitu juga ustadzah terhadap anak didiknya.
Sayang...
Hati ini turut gembira sayang, bertemu engkau kembali di hari pertama sekolah itu. Tapi rasa itu tak lama. Air mata yang mengalir di pipi mungilmu, dan ketakutan mu yang sangat, ketika harus berpisah dengan orang tua, melarutkan diriku dalam kesedihan. Ku peluk diri mu yang mungil, ku yakinkan kalau engkau akan baik- baik saja, meskipun aku bukan orang tua yang sesungguhnya, ku kumpulkan segala asa untuk bisa menjadi sesempurna orang tua engkau sayang.
Sayang...
Kebanggaan ku menyeruak. Keletihan ini hilang. Kesabaran mengajari mu terbalas sudah. Berlonjak hati ini melihat kau melafalkan do'a harian, nyanyian, dan menceritakan tema pembelajaran. Dan, dengan kesungguhan engkau menawarkan secuil donat kepadaku, katanya engkau akan berbagi dengan ku. Ah, sayang, aku begitu terharu. Seraya berucap terima kasih ku berdo'a sayang, semoga ini selalu menjadi sifat mu sampai kelak.
Sayang,
Sungguh, aku tak terlalu tegar untuk menahan buliran air mata ini. Aku paham, dan benar-benar paham inilah saatnya engkau menuju dewasa. Meninggalkan dunia kanak-kanak. Tapi tetap saja, perpisahan membuatku menangis. Ada ruang yang tiba- tiba kosong tak terisi. Waktu yang kita lalui telah merekatkan hati ini menyatu dengan mu. Membingkai kisah manis nan indah.
Sayang..
Dalam setiap do'a, ku selipkan do'a selalu untuk mu.Sederhana saja, Semoga engkau menjadi anak yang sholih dan shalihah
jika engkau besar nanti, aku tak ingin hadiah sebagai balasan, atau selalu engkau kenang, hanya aku ingin kebersamaan ini bisa engkau gunakan selamanya, sehingga menjadi amal jariyahku kelak.
All about Love
Inilah yang dapat ustadzah ungkapkan sebagai bentuk kasih sayang. Kau tahu sayang, pertama kita bertemu, dengan penuh malu, sambil dot susu yang masih menempel di mulut dan bergelayutan di rok mama, engkau mengulurkan tangan tanda perkenalan. Sambari mengucap salam, yang tak jelas dan terdengar ujungnya saja, aku telah mentasbihkan untuk menyayangi mu. Kasih sayang yang tulus, seperti ibu terhadap anaknya, begitu juga ustadzah terhadap anak didiknya.
Sayang...
Hati ini turut gembira sayang, bertemu engkau kembali di hari pertama sekolah itu. Tapi rasa itu tak lama. Air mata yang mengalir di pipi mungilmu, dan ketakutan mu yang sangat, ketika harus berpisah dengan orang tua, melarutkan diriku dalam kesedihan. Ku peluk diri mu yang mungil, ku yakinkan kalau engkau akan baik- baik saja, meskipun aku bukan orang tua yang sesungguhnya, ku kumpulkan segala asa untuk bisa menjadi sesempurna orang tua engkau sayang.
Sayang...
Kebanggaan ku menyeruak. Keletihan ini hilang. Kesabaran mengajari mu terbalas sudah. Berlonjak hati ini melihat kau melafalkan do'a harian, nyanyian, dan menceritakan tema pembelajaran. Dan, dengan kesungguhan engkau menawarkan secuil donat kepadaku, katanya engkau akan berbagi dengan ku. Ah, sayang, aku begitu terharu. Seraya berucap terima kasih ku berdo'a sayang, semoga ini selalu menjadi sifat mu sampai kelak.
Sayang,
Sungguh, aku tak terlalu tegar untuk menahan buliran air mata ini. Aku paham, dan benar-benar paham inilah saatnya engkau menuju dewasa. Meninggalkan dunia kanak-kanak. Tapi tetap saja, perpisahan membuatku menangis. Ada ruang yang tiba- tiba kosong tak terisi. Waktu yang kita lalui telah merekatkan hati ini menyatu dengan mu. Membingkai kisah manis nan indah.
Sayang..
Dalam setiap do'a, ku selipkan do'a selalu untuk mu.Sederhana saja, Semoga engkau menjadi anak yang sholih dan shalihah
jika engkau besar nanti, aku tak ingin hadiah sebagai balasan, atau selalu engkau kenang, hanya aku ingin kebersamaan ini bisa engkau gunakan selamanya, sehingga menjadi amal jariyahku kelak.
amin ya robb......jangan terlalu pakai perasaan dunk........harus di sadari bahwa setiap pertemuan mesti ada perpisahan........semoga nanti bisa lebih sayang terhadap anaknya sendiri.....hehehe
BalasHapusma anak sendiri harus lagi, dan ketika kita menyayangi seseorang, bahkan anak kecil yang bersih jiwanya, akan berimbas pada diri kita...kepercayaan yang sederhana, tapi coba ku terapkan
BalasHapus