Selalu Yang Terakhir

Selalu Yang Terakhir
Selalu Terlambat, bisa dibilang penyakit kronis yang harus di terapi. Waktu kita reunian dengan teman SMP bertemu dengan salah satu teman yang sekarang mengambil S2 psikologis klinik.Teman tersebut dengan santai menjelaskan kalau penyakit yang satu ini bisa di terapi. Terus terang aku juga salah satu orang yang antusias mendengarkan. Bagaimanapun, sejak sekolah dasar sampai kuliah kalau dihitung-hitung tidak ada 100 hari tanpa daftar terlambat.
Masih ingat waktu SD dulu. Karena jarak rumah dengan sekolah sekitar seratus meter, maka saya hanya jalan kaki ke sekolah. Dan, masuk sekolah jam tujuh maka saya akan berangkat mepet sekali, sehingga hampir setiap hari aku harus berlari-lari
karena melihat teman-teman telah berbaris rapi di halaman sekolah. Itu artinya, lagi-lagi saya terakhir. Tak jauh beda dengan SD, waktu SMP dan SMA pun begitu selalu begitu. Walaupun jarak sekolah jauh, dan harus naik sepeda onthel, berangkatnya pun selalu kesiangan. Lagi-lagi aku terakhir. Tapi keberuntungan agaknya berpihak padaku, meski tiap hari terlambat. Seingat saya, selama sekolah saya berurusan dengan BP hanya tak lebih dari lima kali. Itu jelas tak banding dengan kebiasaanku yang tiap hari terlambat. Kalau masa kuliah, jangan ditanya...pasti dan pasti saya terlambat, karena bagaimanapun saya kerja dulu baru kuliah.
Pernah suatu kali saya berangkat lebih awal. Semua mata tertuju padaku. Dengan heran semua bertanya padaku, ada apa gerangan. Dengan tanpa merasa bersalah, ku katakan kalau sekali-kali boleh lah tidak terlambat, tapi besok jangan kawatir saya akan berangkat terakhir lagi. >.<
Ternyata, mempunyai teman pun begitu. Sama-sama biang terakir. Panggil saja namanya Ochi. Wanita lembut asal kota reog. Salah satu kisah yang selalu terulang jika kita janjian keluar adalah mengaretnya jam yang kita tentukan. Bayangkan, ketika kita janjian berangkat habis magrib tepat, habis isya belum tentu dia sudah datang. Bisa jamuran aku menunggunya. Dan, yang paling asyik ketika kergi ke suatu tempat dengan Ochi. Entah beberapa kita "diusir" secara halus karena melebihi jam kunjung. Pernah suatu ketika kita berbelanja ke sebuah supermarket. Karena jam tutup hari biasa jam sembilan malam, jam sembilan kurang pun telah diperingatkan untuk meninggalkan lokasi.Namun dengan santainya ochi meneruskan mencoba parfum tanpa membelinya. Dan lagi-lagi kita terakhir, karena waktu keluar supermarket tersebut, motor pengunjung yang biasanya ratusan buah kini hanya lima biji termasuk punya ochi.
Rasanya ingin rasanya merubah kebiasaan yang paling terakhir menjadi yang paling terdepan. Sepertinya saya harus betul- betul serius merubah kebiasaan ini.;-) 
Ini Cerita Ku suka-suka

2 Komentar untuk "Selalu Yang Terakhir"

Kebijakan Berkomentar di Blog Aniskhoir.com
  • Komentar harus sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel