Jika kembali ke cita-cita masa kecil dulu, mau jadi
apa saya nantinya, banyak yang ku sebutkan. Berganti- ganti sesuai dengan
kondisi di mana saya berada. Waktu kelas empat aku pengen menjadi penjahit,
karena mereka begitu berjasa ketika hari raya. Bisa buatkan baju untuk
berlebaran. Rasanya mereka hebat sekali bagiku kala itu. Dan aku pun bilang
pada emak, kalau ingin jadi penjahit. Emak pun hanya tersenyum mendengar
keinginanku saat itu. Karena pikir emak pasti besok juga akan berubah. Dan
betul, beberapa bulan kemudian aku ingin jadi perawat.
Berubah lagi...Dan yang paling aneh dari perjalanan
cita- citaku adalah aku ingin menjadi pengamat politik. Itu terjadi ketika
indonesianya lagi rame-ramenya Reformasi. Bapak yang tiap pagi dan petang
melihat berita dengan aku ikut di dekatnya. Ada kesan yang sangat istimewa jika
seperti pengamat politik. Tiap hari masuk televisi, di wawancarai. Menjadi
salah satu orang penting di negeri ini. Pasti orang tuaku menjadi bangga bisa
melihat anaknya menjadi selebriti berita.
Itu sedikit dari perjalanan cita-citaku. Sebenarnya
masih banyak profesi demi profesi berganti-ganti. Kalau ditanya profesi apa
yang paling tidak saya inginkan?, dengan PD saya menjawab guru TK. Banyak
alasan yang aku kemukakan. Diantaranya guru TK itu bawel, dan genit. Bertingkah
laku seperti anak-anak kecil padahal mereka dewasa. Pandangan anak SMP-SMA yang
menilai sesuatu secara subyektif. Dan alasan finansial pun menjadi salah
satunya.
Ketika lulus SMA, saya ditawari untuk menjadi
pendamping anak-anak bermain (tidak mau mengambil istilah guru TK). Mengurus
anak dengan berbagai usia. Ya Allah ini seperti karma bagiku, yang sejak kecil
benci anak kecil. Maklum saya di besarkan sebagai anak terakhir dari ketujuh
saudara. Itu menyebabkan untuk merawat adik tidak terlintas di benak ku sampai
pekerjaan itu. Itu artinya saya harus bergelut dengan monster-monster kecil
tiap hari. Dengan keanehan sifat mereka. Tapi aku butuh pengalaman, dan juga
uang untuk bisa kuliah akhirnya aku terima pekerjaan itu.
Ternyata Allah memberi apa yang kita butuhkan bukan
yang kita inginkan aku jadi belajar banyak makna kehidupan di sini. Anak –anak punya
arti ketulusan yang besar. Aku jadi banyak belajar. Dan dari sanalah
benar-benar madrasah kehidupan.
Terima kasih Allah, engkau memilihkan jalan ini
untuk ku bukan yang lain. Dan rasanya aku tak ingin meninggalkan dunia yang
begitu memberi makna kehidupan, Setidaknya juga sebagai ladang dakwah dan amal
jariyah bagi ku. Sebagai seorang ustadzah guru TK itu sungguh mulia, jika kita
dapat mengajar anak kita Al-fatikah saja dan dipakai sepanjang hidup mereka
pastinya saya akan mempunyai infestasi yang besar untuk kehidupan nanti.
Sekarang murid-murid ku adalah tabungan akhiratku. Akan ku bimbing kalian
dengan sepenuh hati karena sesungguhnya dari kalian aku belajar tentang
kehidupan.
yapz....apapun profesinya yang penting endingnya menjadi istri yang sholihah dan ibu dari anak2 nya kelak.......hemmmm......
BalasHapusit's my final destination.:)
BalasHapusterima kasih untuk kunjungannya...
Menarik sekali cerita pengalaman dan cita2 kehidupannya, Aku sangat suka membaca setiap tulisan kamu.Thanks ya sharingnya.
BalasHapusPariwisataboy >>> hanya pengalaman pribadi yang semoga bisa menginspirasi orang lain. trima kasih kunjungannya, saya juga tertarik dengan blog anda, mupeng pengen bisa jalan-jalan. :)
BalasHapuswah banyak saudaranya ya? pasti selalu ramai dan ceria. Pasti Anis ini sangat sabar sekali ya karena sudah terbukti mampu "mendampingi" adik-adik tersebut :)
BalasHapusAlhamdulillah mbak alfath, tujuh bersaudara. Emaknya bukan taat pada Undang-undang KB, hehehe..untuk bisa sabar masih selalu harus belajar.
BalasHapus