aniskhoir.com .Dimanapun berada dan kemanapun
melalang buana kerinduan akan kampung halaman akan tetap ada. Di tanah
kelahiran banyak terukir kisah dan kenangan yang tak terlupakan. Dan sebagai
bukti cinta muncullah keinginan untuk berbakti atau turut menyingsingkan lengan
untuk membangun tanah kelahiran. Salah satunya yang bisa dilakukan adalah
mengeksplorasi kearifan lokal lewat tulisan.
Di artikel berjudul “Misteri
Rumah Jombok”, Andhika mengangkat tentang kepercayaan warga dusun Jombok Desa
Sembungin Kecamatan Bancar Tuban tentang adanya keharusan menghadapkan rumahnya
ke arah utara. Menurut warga yang masih kental kepercayaan akan animisme, arah
utara merupakan tempat bersemayam danyang sehingga menghadapnya merupakan
sumber keberkahan.
Dan jika kepercayaan dilanggar maka akan petaka yang menghampirinya.
Seperti dikisahkan Andhika tentang pelanggaran yang dilakukan salah satu warga
Jombok dengan menghadapkan rumahnya ke selatan. Akibatnya hewan sapi
peliharaannya melahirkan anak yang mirip dengan manusia. Sehingga karena tak
ingin petaka datang lagi, warga tersebut pun merubah arah rumah menghadap ke
utara.
Tentang tulisan Andhika tentang warga Jombok ini saya jadi
ingat tulisan saya “Karma Menghadap Ke Utara” yang menceritakan kepercayaan
Masyarakat berkebalikan dengan Desa Jombok. Di Desa Mliwang justru ada larangan
pemukiman warganya menghadap ke utara. Dan kepercayaan itupun sampai sekarang
masih tetap dilakukan.
Sebagai seorang yang berpikir
ilmiah dan logis, Selain kentalnya unsure animisme pada masyarakat Andhika
menganggap kepercayaan masyarakat Desa Jombok akan rumah yang menghadapa utara
disebabkan letak geografis dusun berada. Terletak pada kemiringan 30 derajat
sebelah selatan dan diatas 20 meter dpl serta berada di pesisisr selatan pantai
utara mempengaruhi kontur pemukiman penduduk dusun tersebut.
Sebagai seorang yang bergelut di
dunia leterasi digital mengangkat kearifan lokal sebagai bahan tulisan bisa
menjadi contoh cara blog perahu layar kertasvmenunjukkan cinta kepada daerahnya. Cerita tentang
desa Jombok adalah satu dari sekian tulisan Andhika di blognya. Masih banyak
berbagai informasi yang bisa ditemui dari blog perahulayarkertas. Terutama
tentang berbagai aplikasi serta pemprograman karena Andhika sendiri merupakan
seorang yang bergelut dengan IT. Untuk mencarinya tema yang sesuai pun tak
susah. Pemberian label sesuai tema tulisan
memudahkan pengunjung untuk membaca tema yang diinginkan. Hanya mungkin karena
basic Andhika adalah IT, maka untuk pemaparan tulisan bisa dikatan pelit
kalimat. Namun begitu tak mengurangi manfaat serta informasi yang disampaikan
di blog perahulayarkertas.
foto : Intagram @andhika.na |
Tentang Andhika yang mempunyai nama Lengkap Andhika Nur Afian adalah seorang Blogger Tuban yang sedang menempuh pendidikan Magister Sistem Informasi di Universitas Diponegoro. Kesehariannya juga yang bekerja memberikan informasi terutama prakiraan cuaca bagi nelayan di daerah Tuban dan sekitarnya. Untuk lebih mengenal Andhika serta mendapat banyak informasi bermanfaat dari blognya, yuk kunjungi perahulayarkertas.
Hohoho.. Baru tau soal mitos2 itu. Terimakasih sharingnya :)
BalasHapusMitos yg masih terus dijalankan
HapusHarus ada banyak mas Andika mas Andika lainnya nih, agar kearifan lokal setiap daerah bisa terangkat.
BalasHapusMas Arif pun telah menjadi Andhika-andhika yg lainnya
HapusBanyak ilmu dan pengetahuan yang didapat dari blog perahu layar kertas. Tulisan yang ringan hingga bahasa pemrograman yang aku nggak mudheng, hihi..
BalasHapusBahasanya khas programer. Padat, hemat dan jelas
HapusDi setiap daerah2 tertentu pasti masih ada kepercayaan tentang adat istiadat. Seperti contoh di dusun jombok yang mengharuskan warganya menghadapkan rumahnya ke Utara. Dan di setiap daerah tentu juga memiliki kepercayaan adat istiadat yang berbeda. Atau berkebalikan dari daerah lain. Seperti yang ada di desa mliwang itu, kepercayaan adat dalam membangung rumah berkebalikan dengan warga dusun jombok.
BalasHapusItulah kekayaan budaya di Tuban
HapusPErahu layar kertas, sepertinya saya sudah berkenalan dan berteman lama. Kampung tanah kelahiran, selalu membekas dihati. Selalu ada kerinduan untuk kembali.
BalasHapusBenar sekali, sejauh apapun merantau tanah kelahiran akan selalu di kenang
HapusJombok vs Mliwang jadinya.
BalasHapusSiap berlabuh ke perahu layar kertas....
BalasHapusTernyata mitos2 seperti itu hampir di semua tempat punya ya mba.. Klo di kampung saya, ada hari yang "dikeramatkan".Jadi klo mau memulai sesuatu, menghindari hari tersebut. Ada juga kampung kasuran, dimana masyarakatnya pantang tidur diatas kasur
BalasHapusunsur animismenya kental banget ya mbak....
BalasHapus